Makalah tari burung enggang dari suku dayak
MAKALAH
SENI
BUDAYA
GERAK DASAR
TARI TRADISIONAL DAYAK
(KEPAK
SAYAP BURUNG ENGGANG)
Disusun Oleh: Zulkifli
SMA NEGERI
1
KECAMATAN PAMUKAN
BARAT
KABUPATEN
KOTABARU
DAFTAR ISI
Halaman
Judul..................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB
II Makna dan Fungsi............................................................................................. 1
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................ 5
Bab I
Pendahuluan
Tari Burung
Enggang atau
biasa disebut Tari Enggang adalah sebuah tarian Suku Dayak
Kenyah Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang menjadi tarian wajib dalam
setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah. Tari Burung Enggang menggambarkan
kehidupan sehari-hari burung enggang yang biasanya dibawakan oleh wanita-wanita
muda Suku Dayak Kenyah.
Bab II
Makna dan Fungsi
Menurut
kepercayaan orang Dayak Kenyah nenek moyang mereka berasal dari langit dan
turun ke bumi menyerupai burung enggang. Oleh karena itu, masyarakat dayak
Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung enggang. Sehingga Tari
Enggang dapat dimaknakan sebagai penghormatan Suku Dayak Kenyah terhadap asal
usul leluhur mereka. Bulu-bulu Burung Enggang ini selalu memegang peranan yang
penting pada setiap upacara-upacara adat dan tarian-tarian adat dan juga
bentuk-bentuk Burung Enggang banyak terdapat pada ukiran-ukiran suku Dayak
Kenyah.
Ada pula
yang mengartikan Tarian Burung Enggang sebagai simbol perpindahan masyarakat
Dayak dari satu tempat ke tempat lainnya secara berkelompok. Melihat
kebiasaan Suku Dayak pada masa yang lalu selalu berpindah tempat dan menjalani
hidup secara nomaden, dikarenakan Suku Dayak pada masa itu selalu berperang
antar suku, sehingga mereka memilih hidup berpindah-pindah untuk mencari
keselamatan
NO
|
SUBYEK
|
DESKRIPSI
|
||||||||
1
|
Tema
|
Tema dari
tari enggang terbang dari kalimantan timur adalah kebersamaan,
yaknimengisahkan tentang perpindahan masyarakat Dayak dari satu tempat ke
tempat lainnya secara berkelompok.
|
||||||||
2
|
Penari
|
1. Jumlah
: lebih dari satu atau berkelompok
2. Usia
: gadis kira kira usia 13 – 29 tahun
3. Jenis
kelamin : perempuan
4. Peran
: menirukan gerak burung enggang yang terbang secara berkelompok
|
||||||||
3
|
Gerak
|
Gerak pada
tari enggang terbang dari kalimantan timur adalah gerak imitatif yang menirukan
burung enggang yang terbang secara berkelompok, merupakan simbol dari
perpindahan suku dayak secara bersamasama
Gerak pada
tari enggan antara lain menganggukk anggukkan kepala, mengepak ngepakkan
tangan, berjalan jinjit, menggerakkan badan keatas dan kebawah, berputar
a. nganjat
nganjat adalah sebuah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang
menyerupai burung engang gading yang membuka menutup sayap nya dalam gerakan
ini melambangkan gerakan molek dari seorang penari dayak tersebut
b.ngasai
ngasai adalah gerakan yang menyerupai burung engang yang sedang terbang c. purak barik
purak
barik adalah sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan perpindahan
tempat
|
||||||||
4
|
Properti
|
1. Ikat
kepala yang berbentuk seperti segitiga dan biasanya terdapat bulu seperti
bulu burung enggang .
2. Sayap
sayap yang biasanya berbentuk bulat atau 3 helai atau lebih sayap
|
||||||||
5
|
Tata Rias
|
Tata rias
dari tari enggang terbang ini sangat sederhana dan tidak banyak menggunakan
make up, yang menyimbolkan tentang kesederhanaan suku dayak.
|
||||||||
6
|
Tata Busana
|
1. Pakaian
dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya yaitu legging
hitam dan korset hitam polos
2. Pakaian
tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada
sampai pinggul yaitu rompi dan rok. (rompi dan rok berwarna dasar
hitam dengan motif yang berwarna antara lain : kuning biru putih orange hijau
muda dan sebagainya)
|
||||||||
7
|
Tata Rambut
|
Rambut di
helai biasa atau di tali ke atas
|
||||||||
8
|
Iringan
|
Menggunakan
musik langsung antara lain kendang dsb
|
||||||||
9
|
Tempat
|
Di dalam
dan di luar ruangan
|
||||||||
10
|
Waktu
|
Kapan saja
|
||||||||
11
|
Tata Lampu
|
Tata lampu
biasa
|
Masyarakat
suku Dayak sangat menghormati burung enggang dan menganggapnya sebagai panglima
burung. Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol
kebesaran dan kemuliaan suku Dayak.
Burung
enggang juga dianggap sebagai lambang perdamaian dan persatuan. Oleh karena
itu, burung enggang dapat kita temukan di hampir setiap ruang masyarakat dayak,
seperti pada patung, ukiran, lukisan, pakaian, rumah, balai desa, monumen,
pintu-pintu gerbang, juga di makam-makam.
Bagi orang
Dayak, enggang juga menjadi simbol seorang pemimpin yang ideal. Hal ini
dikarenakan burung enggang terbang dan hinggap di gunung-gunung dan pepohonan
yang tinggi, bulu-bulunya indah, dan suaranya terdengar ke mana-mana.
Sayapnya
yang tebal menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyatnya. Suaranya yang
keras menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu didengar oleh rakyat. Ekornya
yang panjang menjadi tanda kemakmuran rakyatnya. Secara keseluruhan,
burung enggang menyimbolkan watak seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Tari enggang mengambarkan kehidupan sehari-hari burung
enggang.
Paruh burung
enggang digunakan sebagai lambang pemimpin perang orang dayak. Namun, karena
orang Dayak mengeramatkan burung ini, orang dayak hanya mengambil paruh enggang
yang sudah mati.
Bulu ekornya
yang memiliki warna hitam dan putih digunakan dalam pakaian adat Kalimantan dan
digunakan sebagai kostum dalam tari-tarian saat upacara adat. Para penari adat
menggunakan bulu enggang sebagai hiasan kepala dan jari-jari tangan.
Burung yang
panjangnya bisa mencapai 150 cm ini juga menjadi lambang kesetiaan dan
kerukunan. Hal ini berangkat dari cara hidupnya yang unik. Burung enggang hidup
berpasang-pasangan dan tidak dapat hidup tanpa pasangannya. Burung enggang
betina suka bertelur di lubang pohon. Sarangnya ditutupi lumpur dan hanya
menyisakan sedikit lubang. Saat mengerami telurnya, enggang betina tinggal di
dalam sarang. Selama waktu pengeraman yang berlangsung lama ini (sekitar 4
bulan), enggang jantan akan memberi makan enggang betina melalui lubang kecil
tersebut.
Sekarang, burung
yang berperan dalam penyebaran benih pohon di hutan ini menjadi burung yang
sangat langka dan sangat sulit ditemui di hutan Kalimantan. Penyusutan populasi
enggang berakibat pada pelambatan pertumbuhan benih-benih pohon.
Habitat
burung ini sebagian telah rusak oleh penebangan liar dan pengalihan hutan
menjadi perkebunan kelapa sawit. Belum lagi ulah para pemburu liar. Reproduksi
enggang sendiri makan waktu cukup lama. Harga paruh dan bulu burung enggang
yang sangat mahal menarik orang untuk memburunya.
Kesemuanya
berdampak pada makin langkanya enggang di hutan-hutan Kalimantan. Jika hal ini
dibiarkan, di kemudian hari sangat mungkin kita hanya mengenangnya
melalui gambar dan rekaman video saja, sementara burung aslinya sudah
punah dari muka bumi.
Perkembangan
Saat ini Tari Enggang semacam menjadi tarian wajib
dalam setiap even, baik itu dalam upacara adat Suku Dayak, juga ditampilkan
dalam setiap acara-acara kebudayaan di Indonesia. Kendati
terdapat perkembangan gerak tarinya menjadi Tari Enggang kreasi baru, namun
tidak terlepas dari makna serta filosofi yang terkadung dalam Tari Burung
Enggang, yaitu sebagai bahasa budaya dan mempererat tari persaudaraan antar
suku bangsa yang ada di Indonesia
BAB III
PENUTUP
1.1.KESIMPULAN
Saya berharap agar pihak - pihak dapat
memberi masukan dengan semua kekurangan makalahyang kami kerjakan.
sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini dengan sebaik-baiknya dan dapat mencapai maksud dan tujuan yang saya
inginkan.
Demikian makalah ini kami buat , Besar
harapan kami untuk mendapatkan dukungan dan bantuan.
Atas kesediaan bimbingan dan kesempatan yang telah
diberikan, sebelumnya kami ingin mengucapkan terimakasih.
Daftar Pustaka
http://www.negerikuindonesia.com/2015/03/tari-burung-enggang-kalimantan-timur.html
Langganan:
Postingan (Atom)
Cerita Reflektif pembelajaran sosial emosional. Mengapa penting?
Cerita Reflektif: “Kunci Persahabatan dan Empati” Di sebuah sekolah yang cerah dan penuh warna, terdapat dua sahabat bernama Rani dan Dika. ...
-
MAKALAH SENI BUDAYA GERAK DASAR TARI TRADISIONAL DAYAK (KEPAK SAYAP BURUNG ENGGANG) Disusun Oleh: Zulkifli SMA NEG...
-
Idul Adha 1445 H baru saja berlalu, meninggalkan berbagai cerita dan momen menarik. Salah satu yang tak luput dari perhatian publik adalah...